Sunday, December 16, 2007

saat ini...



namanya juga manusia, oleh Allah dibekali satu anugerah yang...subhanallah...Potensi ini hanya Allah berikan khusus pada manusia, tidak pada yang lain, hatta malaikat sebagai satu-satunya makhluk yang taat pada perintahNya...

olehNya, alam ini diciptakan berpasang-pasangan. Ada malam dan siang, matahari dan bulan, terang dan gelap, pria wanita... Nabi Adam as. sebagai manusia pertama pun tak bisa hidup sendirian, lalu Allahpun menciptakan Hawa... nampaknya, dari sinilah kisah cinta bermula. Saat itu, menjadi titik awal sepasang manusia yang bersedia berkorban apapun untuk alasan yang terkadang tak masuk akal. Entahlah...
saat "alasan yang tak masuk akal" itu hadir meracau dalam benak, manakala ia merasuk dalam rongga, saat hati menjadi inangnya... saat itulah, selalu saja muncul berjuta alasan tuk mencari sang penawar. Apa atau siapakah penawar itu... entahlah... yang pasti, ia begitu abstrak namun nyata, ia slalu hadir disaat lupa, memanja saat teringat... frekuensi detak jantung begitu teramat tinggi saat dekat, padahal, dua kutub itu tiada kesamaan, kutub positif dan kutub negatif...

maafkan ya Rabb, terkadang hati ini melupakan Engkau saat hati terjangkit rasa itu pada makhlukMu... ampuni bila terkadang nafsu ini begitu mengelabui akal sehatku... ampuni bila terkadang kaki ini melenceng dari jalanMu ya Rabb...


Allah... sungguh hanya Engkaulah yang Maha Esa... Maha Kuasa... hanya diriMu yang tahu isi hati ini... bila Engkau mengizinkannya, permudahlah kami ya Rabb, jaga hati kami..., namun, bila ini adalah petaka buat kami di sini maupun di sana kelak..., maka jauhkanlah ya Rabb, luluhkanlah hati ini agar tak lagi ingat padanya...


saat ini... sungguh sulit...

Saturday, November 17, 2007

i'll be back


ku hanya berlari....berlari....tiada henti....
karna angeen kan slalu berhembus....
trimakasih sahabatku

-~o)

Friday, November 2, 2007

saat ia menuju kekasihnya...


Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan
mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan
khutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta
kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara
pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku,
bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk
syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata
Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. *

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar adanya naik turun
menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali
menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah
tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat
kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap
Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari
mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti
akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di
dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang
berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan
menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah
membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah
anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan
kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril
tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya
sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu
dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang
mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana
nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku,
hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat
pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut
ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana
sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini,
timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan
Rasulullah mulai dingin , kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan
telinganya "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku",

peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar
pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke
bibir Rasulullah yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" -

"Umatku, umatku, umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala
Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita...

Monday, August 27, 2007

- n A r s i s -


hehehe...sekali-kali gapapa dunk narsis-narsisan...ni waktu sy jadi "bintang iklan" (terpaksa)-nya LAZIS UII...lumayan lah, paling enggak, fotoku tersebar ke seantero Jogja...Hahahahahahaha...!!! itung-itung 'branding activation'...


sssst...ada yang mo "daftar" ?

kita terlalu sombong


udah baca republika hari ini..? di bagian depan halaman koran itu ada satu artikel yang sempet bikin sy malu, judul artikel itu "Bocah 13 tahun Menantang Hidup". Mulanya sy pikir isinya adalah seorang bocah yang mau bunuh diri...eeh ternyata setelah dibaca, dia adalah anak yang memiliki tingkat ketabahan dan perjuangan yang luar biasa. Ia adalah Ma'un, anak asal Dusun Becok, Kecamatan Merakurak, Tuban, Jawa Timur. Kalo kita baca, betapa beratnya ujian hidup yang harus ia lewati. Tinggal berdua dengan "simbok" (ibu angkatnya) yang telah mengasuhnya sejak ia lahir yang kini tak berdaya karna sakit-sakitan, dan bocah ini menjadi tumpuan hidup simbok.

Sepulang sekolah, dia harus rela meninggalkan waktu bermainnya untuk kemudian "menantang hidup" dengan bekerja sebagai pekerja di galian kapur hingga senja. Uang yang ia dapatkanpun tak sebanding dengan resiko hidup yang harus dia hadapi. Dalam dua pekan, ia hanya mampu membuat 150 bata kumbung dan dijualnya kepada bandar seharga Rp 200/bata. Dengan kata lain, uang yang ia dapatkan tidak lebih dari Rp 30 ribu saja.


''Kasihan simbok (ibu), dia sudah membesarkanku. Aku khawatir simbok sakit, nanti aku tak punya siapa-siapa lagi. Aku tidak memilih risiko tapi ini adalah hidup yang harus aku jalani,'' katanya.

Saudaraku, bagaimana dengan kita? Kita duduk di kursi empuk, tinggal di rumah yang nyaman, dan kerja di ruangan ber-AC...Itupun seringkali kita tidak merasa nyaman dan kurang bersyukur terhadap apa yang Allah berikan kepada kita.

bagaimana dengan pemerintah?



Kayaknya sekarang mereka lagi terkantuk-kantuk di kursi empuk dengan perut kenyang karena telah sarapan dengan hidangan mewah...Mikirin Ma'un? mimpi kali yeey...

Thursday, August 23, 2007

Apakah Oksigen Masih Cukup?


Apakah Oksigen Masih Cukup? Ahli hikmah mengatakan bahwa perjalanan
hidup manusia, tidak ubahnya bagaikan seorang penyelam mutiara. Seorang
penyelam mutiara dalam melaksanakan tugasnya selalu berbekal tabung
oksigen yang dibawa di punggungnya. Ketika ia hendak terjun menyelam,
niatnya tiada lain hanya ingin mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya.

Tetapi begitu terjun ke laut, ketika saat itu pula ia mulai lupa pada
tiram yang harus dicarinya. Pemandangan di dalam laut yang sangat
mempesona dengan bunga karang dan ikan hias yang berwarna warni sangat indah
membuatnya silau. Ia pun terlena bercanda ria mengejar ikan-ikan yang
berwarna warni dan melupakan tugas semula mencari tiram mutiara yang
berada jauh di dasar laut. Hingga pada saat akhirnya, dia pun sadar bahwa
oksigen di punggungnya tinggal sedikit lagi.


Maka, timbulah rasa takutnya yang tidak terbayangkan olehnya bagaimana
kemarahan majikannya kelak bila ia muncul ke permukaan tanpa membawa
tiram mutiara yang diharapkan. Dengan tergesa-gesa karena oksigen dalam
tabung hampir habis, ia berusaha mengambil tiram yang ada
sebanyak-banyaknya. Namun sayang, fisiknya kelelahan setelah bercanda ria dengan ikan
hias yang indah-indah itu tidak menunjang lagi, sehingga terjadilah
"nafsu besar tenaga kurang".

Akhirnya isi tabung oksigen benar-benar habis, sehingga meskipun tiram
mutiara yang dibawanya sangat sedikit, ia mau tidak mau harus muncul ke
permukaan. Malangnya lagi karena terburu-buru, dia tidak sempat
mengikat kantongnya dengan baik, sehingga begitu tersenggol ikan yang
berseliweran disampingnya, tiram mutiara yang sudah didapatnya dengan susah
payah itu bertumpah keluar.


Di permukaan majikannya sudah menunggu. Ketika dilihatnya isi kantong
si penyelam tidak berisi tiram mutiara sebagaimana yang ia harapkan,
maka ia pun mencaci maki penyelam itu dan saat itu juga langsung
dipecatnya tanpa diberi pesangon sedikit pun.

Dengan penuh penyesalan si penyelam berusaha meminta kesempatan ulang
untuk menyelam kembali, namun majikannya menolak.

Yang ingin disampaikan dalam kisah ini, yaitu perumpamaan-perumpamaan
yang begitu mirip dengan perjalanan hidup manusia di dunia. Tabung
oksigen melambangkan umur manusia, tiram mutiara mengibaratkan pahala, dan
tiram mutiara yang tumpah mengumpamakan pahala yang hilang karena riya,
sedangkan keindahan yang ada dalam lautan melambangkan godaan-godaan
akan kenikmatan duniawi.***

(Sumber : Tabloid MQ EDISI 3/TH.I/JULI 2001)

Monday, August 20, 2007

capek


skripsi...hmmh...ternyata dirimu udah terlalu banyak menyita waktu...menyita pikiran...menyita tenaga...menyita dana..."Oooughh...!!!". Skripsi emang katanya sih jadi bahan penilaian studi kita selama kurang lebih 4 tahunan, atau lebih dari 140 sks mata kuliah yang udah kita telen abis2 di kampus...

Standar penilaian? kayaknya kita kudu mikir lagi deh, soalnya kalo kita terjun ke dunia kerja, yang ditanyain ama HRD satu perusahaan bukan: "Kemaren ngambil judul apa skripsinya mas...?" ato "pake teknik penelitian apa skripsinya?" ckckck....

Yah..terserah deh, pokonya tenagaku, pikiranku, duitku...(O em G) udah dikerahin sekuat mungkin, [meski harus mundur wisuda...Hikz...!] Apapun hasilnya kuserahkan pada gusti Allah....


butuh pendamping



Dipikir-pikir...kayaknya asyik ya punya pendamping hidup? Waktu kita lagi susah, ada yang nemeni, kalo lagi stress...ada yang bikin kita senyum lagi...kalo kita pengen kopi juga ada yang bikinin.

Wah..kayaknya asyiiiiiiiiiiiiiiiiiiik banget...!

Wednesday, July 4, 2007

Wednesday, June 6, 2007

Bab I Pendahuluan

sambil nyari inspirasi... baru segini yang gw garap...!

1.1. LATAR BELAKANG

Islam adalah diin yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Bukan hanya menjelaskan tata cara beribadah mahdhoh kepada Allah swt, namun Islam juga menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan Politik, Sosial, Budaya, Pertahanan, Keamanan, termasuk Ekonomi.

Sebagai sebuah ideologi, Islam membutuhkan sebuah institusi yang bisa menerapkan seluruh hukum tersebut. Institusi ini, menurut Syeikh Taqiyuddin An-nabhani disebut sebagai Daulah Khilafah Islamiyah. Sejarah mencatat, ketika Rasulullah meraih kekuasaan spiritual dan politik di Madinah, pada saat itulah sesungguhnya Rasul mendirikan sebuah institusi yang secara bertahap mulai memberlakukan hukum-hukum praktis tentang kehidupan warga Madinah pada saat itu.

Islam telah mengharuskan negara khilafah untuk menyelenggarakan pemeliharaan seluruh urusan ummat dan melaksanakan aspek administratif terhadap harta yang masuk ke negara, termasuk juga cara penggunaaannya, sehingga memungkinkan bagi negara untuk memelihara urusan ummat dan mengemban dakwah. Dalil-dalil syara telah menjelaskan sumber-sumber pendapatan harta negara, jenis-jenisnya, cara perolehannya, pihak-pihak yang berhak menerimanya serta pos-pos pembelanjaannya. (Zallum, Abdul Qadim. Sistem Keuangan di negara Khilafah, 2002, PTI). Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani dalam kitabnya An Nizham Al Iqtishadi fi Al Islam (1990) telah menjelaskan sumber-sumber pemasukan bagi Baitul Mal dan kaidah-kaidah pengelolaan hartanya. Sumber-sumber tetap bagi Baitul Mal menurutnya adalah: fai', ghanimah/anfal, kharaj, jizyah, pemasukan dari harta milik umum, pemasukan dari harta milik negara, usyuur, khumus dari rikaz, tambang, serta harta zakat (An Nabhani, 1990). Hanya saja, harta zakat diletakkan pada kas khusus Baitul Mal, dan tidak diberikan selain untuk delapan ashnaf (kelompok) yang telah disebutkan di dalam Al Qur'an. Tidak sedikit pun dari harta zakat tersebut boleh diberikan kepada selain delapan ashnaf tersebut, baik untuk urusan negara, maupun urusan umat. (Al-Jawi, Siddiq. Baitul Mal Tinjauan Historis dan Konsep Idealnya. www.khilafah1924.org) Ke delapan asnaf tersebut adalah fakir, miskin, amilin, muallaf, fii al-riqab, gharim, fii sabilillah, dan ibnu sabil (Q.S. Al-Taubah: 60).

Pasca keruntuhan Daulah Khilafah pada 1924, kekuatan politik ekonomi dunia terpolarisasi menjadi dua kekuatan besar. Ditandai dengan munculnya negara adidaya pengendali politik-ekonomi dunia yang baru. Amerika dan Inggris mewakili kekuatan ekonomi Kapitalis. Sementara ekonomi Sosialis-komunis diwakili oleh Uni Sovyet, Eropa Timur, dan China (Achmad Rizal Purnama, LSQ, Dipl. Economic, Menuju Sistem Ekonomi Islam. 2000). Pertarungan dua kekuatan ideologi ini membuat posisi negeri-negeri muslim hanya dijadikan objek imperialisme. Penjajahan ini, mengakibatkan kaum muslim tidak mempunyai kekuatan politik dan ekonomi untuk bangkit dari keterpurukan. Di samping itu, sistem ekonomi kapitalistik sebagai warisan para penjajah semakin memperparah kondisi perekonomian di negeri kaum muslim.

Berbagai macam solusi telah ditawarkan, sekularisasi dan libelarisasi sistem politik dan ekonomi menjadikan dunia Islam memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap negara-negara maju dan Bank Dunia (IMF). Sehingga mayoritas negeri muslim masuk dalam kategori dunia ketiga, yaitu kelompok negeri-negeri miskin. Ketimpangan antara negara-negara maju dengan dunia ketiga sangatlah ironis. Wilayah dunia yang diduduki oleh negara-negara maju sebesar 1/4 dunia, namun mereka menikmati 80% penghasilan dunia. Bahkan, 90% industri terdapat di negara-negara utara. Sungguh menyedihkan, kaum Muslimin di negeri-negeri Islam yang sebenarnya kaya-raya justru malah miskin, kualitas sumberdaya manusia relatif rendah, lemah, demikian pula kualitas kesehatannya. Salah satunya di Indonesia, sebagai salah satu negeri dengan jumlah kaum Muslimin terbesar di dunia. (Republika online, Zakat dan Sistem Ekonomi Islam, 26/11/2004) Maka dari itu, dibutuhkan sistem ekonomi alternatif yang mampu memecahkan persoalan ummat islam, khususnya di bidang ekonomi.

Mengenai sistem ekonomi alternatif ini Ismail Yusanto (Islam Ideologi, 1998, hlm. 198) menerangkan : "Suatu sistem yang berpihak kepada semua pelaku ekonomi, bahkan kepada semua orang. Yakni, suatu sistem yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada mekanisme pasar, tapi tetap memberikan peran pada pemerintah, kekuatan sosial dan hukum untuk melakukan intervensi dan koreksi demi menjamin agar pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati oleh masyarakat banyak; juga suatu sistem yang menjamin kekuatan ekonomi tidak terkonsentrasi pada sekelompok kecil pengusaha, di samping mampu melakukan pemberdayaan ekonomi rakyat banyak, serta memberikan kesejahteraan lahir batin secara hakiki. Sistem yang dimaksud adalah sistem ekonomi Islam.". Dalam system ekonomi islam, yang menjadi persoalan utama tidak stabilnya perekonomian dunia adalah karena tidak meratanya distribusi kekayaan di tengah-tengah masyarakat. Fakta empirik menunjukkan, bahwa bukan karena tidak ada makanan yang membuat rakyat menderita kelaparan melainkan buruknya distribusi makanan (Ismail Yusanto. 2002:15-16). Mustafa E Nasution pun menjelaskan bahwa berbagai krisis yang melanda perekonomian dunia yang menyangkut sistem ekonomi kapitalis dewasa ini telah memperburuk tingkat kemiskinan serta pola pembagian pendapatan di dalam perekonomian negara-negara yang ada, lebih-lebih lagi keadaan perekonomian di negara-negara Islam.

Tuesday, June 5, 2007

pokoknya taun ini harus lulus...!!! [...?...]


duh...kalo ditanya lulua taun ini kan...? hehehe gw cuma bisa nyengir denger pertanyaan itu. Paling nggak, yang nanya udah ngerti bahasa isyarat yang gw praktekin. Hmmhhh...rumus 2-2-7 akhirnya kepake juga. 2 centi ke kanan, 2 centi ke kiri, tahan 7 detik...n nggak lupa, giginya ditongkrongin untuk ngeyakinin orang atas 'bahasa isyarat' yg gw praktekin...

huhuhu...padahal 18 Juli besok udah harus daftar wisuda...sementara gw...bab I pun lagi digarap...!!! ugh...! Belom lagi hafalan ayat-ayat ekonomi yang banyaknya setara 1 juz al-qur'an...[aaaaaaaarghh....!!!]

somebody help meeeeeeeeeeee...!!!!


mbeeeeeeee.....

Thursday, May 24, 2007

masuk angin....


Hasyiiim...!!!! haSyeeeem...!!! hasYeeeeeeeeeeeeeem....!!!! kira-kira inilah suara merdu di saat tiba-tiba ada bendungan di dalam hidung kita. Flu...!!!! yah, itulah jawabannya. virus ini bertengger di hidung gw sudah kira-kira 3 bulan yang lalu.....

Yang paling menyakitkan buat gw adalah....saat dimana si penyakit flu minta gw bersin selama 6x berturut-turut...!! hikz.....terbayangkah...?

Hmmmh...mudah-mudahan, nasib gw nggak kayak burung yang di bawah ini ya....

tragedi flu burung

Monday, May 14, 2007

Anak Yang Bijak



Suatu hari, ayah dari suatu keluarga yang sangat sejahtera
membawa anaknya bepergian ke suatu negara yang sebagian besar
penduduknya hidup dari hasil pertanian, dengan maksud untuk
menunjukkan bagaimana kehidupan orang-orang yang miskin.

Mereka menghabiskan waktu berhari-hari di sebuah tanah
pertanian milik keluarga yang terlihat sangat miskin.
Sepulang dari perjalanan tersebut, sang ayah bertanya kepada anaknya,
"Bagaimana perjalanan tadi?" "Sungguh luar biasa, Pa."
"Kamu lihat kan bagaimana kehidupan mereka yang miskin?"


tanya sang ayah. "Iya,Pa," jawabnya. "Jadi, apa yang dapat
kamu pelajari dari perjalanan ini?" tanya ayahnya lagi.

Si anak menjawab, "Saya melihat kanyataan bahwa kita mempunyai
seekor anjing sedangkan mereka memiliki empat ekor.

Kita punya sebuah kolam yang panjangnya hanya sampai ke
tengah-tengah taman, sedangkan mereka memiliki sungai kecil
yang tak terhingga panjangnya.

Kita memasang lampu taman yang dibeli dari luar negeri dan
mereka memiliki bintang-bintang di langit untuk menerangi
taman mereka.

Beranda rumah kita begitu lebar mencapai halaman depan dan
milik mereka seluas horison.

Kita tinggal dan hidup di tanah yang sempit sedangkan mereka
mempunyai tanah sejauh mata memandang.

Kita memiliki pelayan yang melayani setiap kebutuhan kita
tetapi mereka melayani diri mereka sendiri.

Kita membeli makanan yang akan kita makan, tetapi mereka
menanam sendiri.

Kita mempunyai dinding indah yang melindungi diri kita dan
mereka memiliki teman-teman untuk menjaga kehidupan mereka.

Dengan cerita tersebut, sang ayah tidak dapat berkata apa-apa.
Kemudian si anak menambahkan, "Terima kasih, Pa, akhirnya aku
tahu betapa miskinnya diri kita."


Terlalu sering kita melupakan apa yang kita miliki dan hanya
berkonsentrasi terhadap apa yang tidak kita miliki. Kadang
kekurangan yang dimiliki seseorang merupakan anugerah bagi
orang lain.

Semua berdasar pada perspektif setiap pribadi. Pikirkanlah apa
yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan atas
anugerah yang telah disediakan oleh-Nya bagi kita, daripada
kuatir untuk meminta lebih lagi.

Tuesday, May 8, 2007

Si peminta-minta

Kotor...busuk, bau, kumuh, jijik...
inilah sedikit 'nama' untuk mereka yang sering mendatangi kita dengan menengadahkan tangannya yang keriput dan kotor...

Acuh tak acuh...itulah yang kita lakukan ketika mereka menundukkan wajahnya di hadapan kita...karna mereka tau, saat mereka melakukannya, kita tak akan mau menatap wajah penuh keringat yang membuat pipi dan kening mereka menjadi mengkilap...

Lalu... bila mereka 'keras kepala' mematung di depan kita... maka seluruh penyakit hati yang ada akan menumpuk sesak di dalam qalbu... risih, dongkol, mangkel, males, ah...terpaksa..! semua rasa itu membuat tangan kita terlalu sulit dan hampir utopis untuk merogoh dan mencari sekeping uang seratus perak saja!

Namun, ternyata kepahitan hidup tlah menjadi keseharian mereka...

Kita tak perlu khawatir, mereka tlah terbiasa untuk menangis. Bahkan, kelenjar air mata mereka tlah kering sejak hati kita menyatakan "tidak" pada mereka.

Sayang...kita tak sempat untuk sekedar memikirkan "Mereka makan pake apa?..." Lalu "adakah sepotong kardus yang mereka temui untuk melindungi badan mereka dari panas dan hujan?..."

"Apakah mereka punya anak...isteri...saudara...?" ...Ah, sudahlah....mereka tak ingin kita memikirkan mereka, karena mereka tlah menyadari sepenuhnya...bahwa kita takkan pernah memikirkan mereka...

Barangkali, hari ini mereka menambah satu garis keriput di dahi mereka...anak-anak mereka harus rela membiarkan air mata mengalir deras melewati pipnya yang mungil...


karna mereka tak berhasil menggenapkan uang recehan yang dikumpulkan, gara-gara saku celana kita terlalu sempit untuk dirogoh...uang kita terlalu bagus untuk diberikan pada mereka...ya, itulah kita....

Sekolah...? bayar uang pendaftaran pake apa? apalagi untuk beli pensil satu batang...! Maaf teman..., kantong celana mereka terlalu longgar untuk menampung uang receh limapuluhan. Seragam merah putih terlalu mewah untuk dibeli, dan pasti akan segera kotor karena di samping kanan kiri, depan belakang rumahnya adalah tumpukan sampah yang harus mereka pilah agar tak timbul polusi. Bukankah kita akan mengeluh bila kota ini bau karna sampah...? Sayangnya, kita juga akan merasa bau pada 'si pendaur ulang'...

Kita sebut mereka bau..., lalu kita sebut diri kita apa? padahal yang memenuhi kota ini dengan kaleng biskuit, keresek Pizza, bungkusan Dunkin Donnut, kaleng Sprite, dan lainnya adalah kita bukan...?

Merenung..? terlambat teman..., waktu terbuang percuma dengan hanya sekedar merenung... mereka tak butuh perenungan kita



Ya Allah...
siapa yang patut menanggung dosa ini ya Rabb...?

Monday, April 9, 2007

you are a winner or a looser ?

hidup ini adalah perjuangan...nggak ada yang pungkiri tentang hal ini. Kalaupun ada, berarti dia adalah seorang pemalas, seorang yang gagal, seorang yang kalah dalam hidup, mereka adalah seorang yang fatalis dan tak mau atau bahkan tak mampu untuk melangkah lebih jauh...

Lalu siapakah yang pantas mendapat gelar sebagai pemenang...? Apakah seorang pelari yang pendapatkan medali emas? Atau pejabat yang naik pangkat? Ternyata mereka bukanlah pemenang sejati, benarkah? simaklah tulisan di bawah ini yang saya kutip dari
swa.co.id.

Oleh : Paulus Bambang W.S.
Akhir tahun sering dipenuhi dengan perasaan waswas. Penilaian kinerja
segera dilaksanakan. Bagai palu godam, hasilnya hendak meluluhlantakkan
si pecundang. Jangankan bonus yang cukup untuk tamasya ke mancanegara,
untuk ongkos fiskalnya pun kadang tak mencukupi. Sebaliknya, bagi
pemenang, selain bonus besar, juga jaminan kenaikan gaji yang lumayan di tahun depan. Ini adalah siklus yang terus terjadi tahun demi tahun. Tak ada hal yang baru. Namun kenyataannya, gejolaknya masih dirasakan
dramatis bagi banyak orang.

Si pecundang akan memainkan trik tertentu untuk memperoleh penilaian
yang lebih besar dari yang seharusnya ia terima. Beribu alasan dan
excuse terus dilontarkan. Industri sedang meradang, kompetisi
bertambah berat, pesaing meluncurkan produk baru, prinsipal tidak
mendukung, persaingan yang tak wajar, pesaing banting harga ? itu adalah
alasan basi yang terus dikumandangkan. Si pecundang selalu akan menunjuk
hidung orang lain sebagai biang keladi kekalahan. Lagu kata "andaikan"
terus dimainkan. Andaikan bagian produksi meluncurkan produknya tahun
ini; andaikan bagian keuangan menyetujui "down payment split"; andaikan
bagian support melakukan factory campaign. Tunjuk hidung, bukan
tunjuk dada. Kesalahan bukan ditudingkan pada dirinya sendiri.


Kalau pun 8 dari 10 target tidak tercapai, si pecundang masih bisa
menunjukkan bahwa dua target itu sebenarnya sangat besar implikasinya
dibandingkan dengan yang 8. Pecundang memang tak pernah lelah
mengibarkan kesuksesannya, walaupun bagai setitik nila di antara
sebelangga susu. Ia berusaha menjadi pemenang bagi dirinya sendiri.
Sebuah penyangkalan fakta yang teramat naif.

Lain halnya dengan si pemenang, apalagi yang mendapat kategori istimewa,
biasanya tak menduga mendapat predikat itu. Ia pikir biasa-biasa saja.
Ia hanya berpikir yang terbaik saat ini. Kalau sang bos melihat ia
memiliki prestasi prima, baginya itu sebuah pecutan untuk lari lebih
cepat lagi. Penilaian akhir tahun adalah sebuah jeda bagi si pemenang
untuk mengambil ancang-ancang etape berikutnya.

Piala akhir tahun yang ia peroleh, bonus dan kenaikan gaji atau promosi,
selalu beriringan dengan prestasi seluruh anggota kelompoknya. Pemenang
selalu dikelilingi oleh para juara. Ia tidak pemain tunggal yang berdiri
sendiri di puncak. Melainkan, ia adalah pemain kelompok yang berada di
belakang sebuah kelompok juara yang saling mendukung. Pemenang tidak
pernah merasa kesepian seperti pecundang. Pemenang selalu berbagi tawa
dengan kelompoknya. Pemenang memiliki pendukung pemenang juga, yang pada
saatnya bakal menggantikannya sebagai pemenang baru.

Pemenang selalu merujuk pada rekan sekerja untuk menunjukkan pemenang
sebenarnya. Tidak menunjuk pada dirinya sendiri. Atau meminjam teori
kodok yang perlu menekan ke bawah supaya ia dapat terangkat tinggi.
Hanya soal waktu, pemenang macam beginilah yang dapat bertahan.
Sayangnya, banyak yang mengabaikan hukum alam ini.

Saya teringat pada sebuah cerita yang pernah saya kliping 8 tahun silam,
ditulis oleh sahabat saya, Debora. Ia berujar tentang pemenang yang
menang justru dalam sebuah kekalahan. Bukan menang tanpo ngasorake,
melainkan menang tanpa sebuah kemenangan. Pemenang yang sejati bukan
ditentukan oleh sebuah piala, atau rekor, atau medali fisik, melainkan
ditentukan pula oleh sikapnya sebagai pemenang tatkala medali dan piala
itu justru ia berikan kepada orang lain. Ia bisa dan mampu meraihnya,
tetapi ia sadar bahwa medali ini sebaiknya diserahkan kepada orang lain
agar mereka menikmati kemenangan. Ia sendiri larut dalam kenikmatan
kemenangan orang lain.

Begini ceritanya. Kim Peek, seorang anak yang menderita kerusakan otak,
ikut dalam lomba lari 50 meter di olimpiade khusus kaum cacat tahun
1968. Sebagai atlet yang mewakili negaranya, Kim berharap membawa pulang
medali karena ia memiliki rekor lari dengan kursi roda yang fantastis.
Ia menanti hari pertandingan dengan antusias persis seperti atlet normal
lainnya.

Saat pertandingan tiba, Kim dan kedua peserta lain memasuki arena
pertandingan yang kala itu sudah di babak final. Kim bergerak cepat
mendahului kedua lawannya ketika pistol berbunyi tanda perlombaan
dimulai. Dia berada 20 meter di depan dan 10 meter dari garis akhir pada
saat ia mendengar bunyi benda yang tertubruk di belakangnya. Ia
memperlambat laju kursi rodanya. Ia melihat ke belakang.

Ia melihat seorang lawannya, anak perempuan, terbentur dinding. Kursi
rodanya berbalik arah dan ia kesulitan untuk mengembalikan ke arah
semula. Kim melihat, peserta lainnya ? anak laki-laki ? berusaha
mendorong kursi roda si anak perempuan untuk kembali pada arah yang tepat.

Kim berhenti. Lalu ia pun berbalik dan menolong si anak perempuan
sehingga kembali seperti semula. Bukan hanya itu. Dengan segenap
kekuatannya, ia mendorong kursi roda si anak perempuan sampai ke garis
akhir. Anak laki-laki yang sempat berbalik arah tadi memenangi
perlombaan itu; sementara si anak perempuan meraih juara kedua;
sedangkan Kim kalah.

Benarkah Kim kalah? Para penonton berdiri memberi tepuk tangan meriah
untuk Kim. Mereka tidak berpikir bahwa Kim kalah. Kim tersenyum, ia
merangkul si anak perempuan dan si anak laki-laki yang menjadi lawannya.
Kim memang kehilangan medali emas, tetapi ia puas.

Kim adalah pemenang sejati. Sejatinya ia tidak merasa kehilangan medali.
Ia tidak merasa kalah. Ia adalah sosok pemenang yang dibutuhkan bangsa
ini untuk maju. Memberi jalan agar yang lain berada di karpet merah
kemenangan. Ia tersenyum bangga, bahwa ia telah melahirkan jawara baru.
Ia adalah jawara sejati. Kapan kita bisa seperti Kim?

Nah...sahabat, sudahkah kita menjadi juara sejati? ^_______^

Saturday, April 7, 2007

Apakah anda bisa menjaga rahasia...???


Ketika masih menjabat sebagai Menteri Angkatan Laut Amreika Serikat,
Knox pernah ditanya oleh seorang sahabat lamanya, "Apa yang dilakukan
oleh kapal induk "XY", di kawasan laut Atlantik?"

Sebenarnya sang sahabat sama sekali tidak bermaksud memata-matai atau
mencari bocoran informasi dari Knox. Pertanyaan itu terlontar begitu
saja.

Tapi Knox mendekatkan kepalanya, dan berbisik penuh hati-hati seolah
ingin mengatakan suatu rahasia yang sangat penting. Ia bertanya pada
sahabatnya,"Apakah kau bisa memegang rahasia?"

Sahabatnya sedikit terperanjat. Dengan penuh nafsu ia menjawab, "Oh,
tentu, tentu! Aku bisa memegang rahasia itu."

Dengan santai Knox menjauh sembari menjawab, "Yah, begitu juga aku!"

Smiley! Anda takkan bisa memegang rahasia, meski anda menyatakannya pada
seseorang yang bisa memegang rahasia. Rahasia adalah rahasia

Wednesday, March 28, 2007

mereka terpaksa menjual diri

Suatu saat, saya menonton salah satu tayangan TV swasta. Ada satu acara yang membuat saya sedikit terhentak. Nama acara itu, 7 hari menuju taubat. Episode kali ini, yang menjadi sasaran adalah seorang Pekerja Seks Komersil di sudut kota Jakarta. Dengan menyusuri gang-gang sempit, jalanan yang becek, rumah yang kumuh...akhirnya sampailah team di satu kamar kecil dan sederhana itu...

Sebut saja namanya Sri...saat ditemui, dia sedang terlelap setelah semalaman harus "bekerja" di suatu tempat yang barangkali dia sendiri tidak tau kemana ia akan dibawa. Setelah beberapa kali dibangunkan oleh ibunya, barulah ia terbangun dan sedikit kaget karena sudah ditodong oleh kameramen dan seorang artis yang menjadi pemandu acara tsb. Seketika itu juga, sang pemandu acara memperkenalkan diri dan menanyainya dengan beberapa pertanyaan. Lengkapnya saya sedikit lupa, tapi mudah-mudahan apa yang saya tulis sudah pada intinya..."Mbak selama ini kerja setiap malem..?"
Dengan lugunya Sri mengangguk "iya.."
"Apa mbak ikhlas dengan bekerja semacam itu setiap malam..?"
Saat itu juga Sri tak mampu menahan air mata yang tulus menetes di dua sudut matanya yang terlihat lelah...
"Sri mau nggak, bertaubat dan tidak mngulanginya lagi? Sri ikut dengan kami dan di sana nanti Sri akan dibimbing agar bisa kembali ke jalanNya..."
"Nggak mau...Sri takut..."
"takut kenapa..? justru di sana Sri akan banyak belajar..."
"Takut mati..." sang gadis menjawab dengan lugu sambil mengisak air mata yang tlah membasahi pipinya.
"Justeru itu...ntar gimana coba? kalo Sri mati tapi belum banyak pahala yang Sri dapetin di dunia ini...?"

Singkat cerita, setelah Ibunya ikut mendrong dia agar ikut, akhirnya ia membulatkan tekad untuk ikut bersama team...7 hari menuju taubat.
Saya yakin, ketika ngomongin PSK, kita semua akan merasa jijik, mereka adalah para pendosa, penyebar penyakit HIV/AIDS, dan cercaan hina lainnya untuk mereka. Memang, itulah kata-kata yang cocok untuk mereka. Akan tetapi, dari sekian juta PSK...barangkali 40 atau bahkan 60%nya adalah mereka yang terpaksa melakukan itu karena himpitan ekonomi. Demi selembar uang kertas, mereka dengan terpaksa harus menjual kehormatannya kepada manusia-manusia berhati iblis. Saya berpendapat, ketika membicarakan mereka yang 60% ini, cercaaan yang tadi kita sebutkan akan lebih cocok dinisbatkan kepada mereka yang telah membuat kondisi ekonomi kita semakin sulit, mencari pekerjaan menjadi tanggungjawab individu, pendidikan menjadi kompetensi bebas, yang kuat dan kaya akan menang, tapi mereka yang lemah walau memiliki kecerdasan lebih, akan tersingkir....itu hanya akan terjadi di dunia Kapitalis, dimana hedonisme, materialisme tumbuh subur...
Lalu...akankah tetesan air mata Sri akan terus berlanjut?. Kita tidak bisa memastikan, ketika Sri keluar dari karantina "7 Hari menuju taubat" ia akan benar-benar istiqomah dengan taubatnya. Jangan-jangan, beberapa bulan, minggu, atau bahkan beberapa hari, karena sulit mencari pekerjaan, ia akan kembali melayani manusia-manusia iblis yang dengan bebas berkeliaran di sekitar kita. Wallahualam...
Segala jawaban...hanya ada padaNya. Barangkali, sudah saatnya kita kembali pada aturanNya, agar kita tidak lagi membiarkan tetesan air mata Sri terus mengalir...

Monday, March 19, 2007

diambang kehancuran perekonomian Indonesia


Satu-satunya negeri Muslim terbesar di dunia hanyalah Indonesia. Negeri yang dikaruniai kekayaan alam yang melimpah ruah ini memaksa dunia untuk menjulukinya sebagai The Super Biodiversity State. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui/mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut (www.walhi.or.id, Hutan Indonesia Menjelang Kepunahan, 14 April 2004). Menurut buku World in Figure 2003, Penerbit The Economist,USA data kekayaan Indonesia adalah: Penghasil Biji-bijian terbesar no 6; Penghasil Teh terbesar no 6; Penghasil Kopi no 4; Penghasil Cokelat No 3; Penghasil Minyak Sawit (CPO) No 2; Penghasil Lada putih No 1. lada hitam No 2; Penghasil Puli dari buah Pala No 1; Penghasil Karet Alam No 2,Karet Sintetik No 4; Penghasil Kayu Lapis No 1; Penghasil ikan no 6; Penghasil Timah No 2; Penghasil Batu Bara No 9; Penghasil Tembaga No 3; Penghasil Minyak Bumi No 11; Penghasil Natural Gas No 6, LNG No 1; Penghasil Emas no 8 dan bahan tambang lainnya. (http://km.itb.ac.id, Arah Teknologi Kita, 26/06/2006).
Kekayaan alam itu, mestinya menjadi satu kebanggaan bagi bangsa yang berpenduduk 200 juta ini. Namun realitas ini seolah menjadi fatamorgana, ketika bangsa Indonesia hanya bisa “melongo” saat menyaksikan PT.Freeport sejak era Soeharto mengeruk kekayaan Indonesia di Papua. Menurut catatan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sejak 1991 hingga tahun 2002, PT Freeport memproduksi total 6.6 juta ton tembaga, 706 ton emas, dan 1.3 juta ton perak. Dari sumber data yang sama, produksi emas, tembaga, dan perak Freeport selama 11 tahun setara dengan 8 milyar US$. Sementara perhitungan kasar produksi tembaga dan emas pada tahun 2004 dari lubang Grasberg setara dengan 1.5 milyar US$ (www.walhi.or.id. 06/04/04). Kita juga melihat spesialisasi bangsa Indonesia sebagai salah satu “sarang tikus” dunia, negeri ini selama bertahun-tahun menjadi Negara terkorup no.1 di Asia, walaupun data terbaru menunjukkan Indonesia berhasil meraih “prestasi” yang lumayan, data Political and Economic Risk Consultancy (PERC), melansir hasil survei mereka terhadap 13 negara di Asia, Selasa (13/3). Posisi Indonesia digeser oleh Filipina yang tahun ini memperoleh nilai 9,40 jauh lebih buruk dibanding tahun lalu (7,80 poin). Sementara poin Indonesia berkurang dari 8,16 poin (terburuk tahun 2006) menjadi 8,03 poin. (http://tribun-timur.com, RI Tak Lagi Negara Terkorup. 14-03-2007).
Berbagai usaha telah dilakukan oleh sejumlah elemen bangsa (termasuk pemerintah) untuk membangkitkan Indonesia dari keterpurukannya. Namun, nampaknya usaha itu seolah menjadi angin lalu yang belum atau bahkan sulit untuk mewujudkan impian seluruh masyarakat Indonesia, khususnya ummat Muslim. Lalu mengapa hal itu bisa terjadi?
Akar Masalah
1) Problem Kepemilikan
Sistem Ekonomi Indonesia yang bercorak kapitalistik sudah mulai terasa sejak rezim Soeharto berkuasa. Pada saat itu, sejarah memang mencatat, bagaimana pertumbuhan ekonomi begitu pesat. Para analis pada saat itu mengakui Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar utama yang berkembang. Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde Baru, ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP per kapita $70 menjadi lebih dari $1.000 pada 1996. Melalui kebijakan moneter dan keuangan yang ketat, inflasi ditahan sekitar 5–10%, rupiah stabil dan pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang (www.wikipedia.org). Namun, pertumbuhan yang ditopang oleh utang luar negeri ini pada akhirnya mencapai bubble economic pada tahun 1998.
Semenjak corak perekonomian berubah arah menuju Kapitalistik, bahkan belakangan menjadi lebih liberal, sedikit demi sedikit berbagai asset negara dijual kepada asing dengan alasan memperbaiki kinerja dan penyelamatan APBN. Hal ini sangat nampak terutama saat Presiden Megawati memimpin negeri ini. Padahal, sudah jelas dalam UUD pasal 33 dijelaskan bahwa seluruh asset yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara dan digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sebagai contoh, PT Freeport yang sudah mengangkangi tambang emas terbesar di dunia ini, telah bercokol di Indonesia sudah lebih dari setengah abad. Pemasukan yang diperoleh Freeport McMoran dari PT Freeport Indonesia, dan PT. Indocopper Investama (keduanya merupakan perusahaan yang beroperasi di Pegunungan Tengah Papua) mencapai 380 juta dollar (hampir 3.8 trilyun) lebih untuk tahun 2004 saja. (www.walhi.or.id) Selama 3 tahun hingga tahun 2004, total pengasihan PT. Freeport kepada Republik Indonesia hanya kurang lebih dari 10-13 % pendapatan bersih di luar pajak atau paling banyak sebesar 46 juta dollar (460 milyar rupiah) (idem). Belum lagi penguasaan blok cepu oleh Exxon Mobile, di mana Indonesia benar-benar dipermalukan dengan prosentase keuntungan untuk negeri ini sebesar 0% !
Padahal, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia, Masyarakat Indonesia sebagian besar tidak setuju (69.7%) munculnya perusahaan asing yang mengelola kekeyaaan alam Indonesia. Hanya 9.7% yang setuju / sangat setuju. Alasan ketidaksetujuan, sebagian besar (32.2%) karena kekayaan alam itu berada di Indoensia sudah selayaknya kekayaan alam itu dikelola oleh perusahaan asal Indonesia.( www.lsi.co.id. 11/08/2006)
Bila saja seluruh asset ini benar-benar dikelola oleh negara, maka Insya Allah, biaya pendidikan mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi sangat mungkin menjadi gratis, paling tidak murah.
Hal ini tentu terjadi, karena kesalahan dalam menempatkan kepemilikan.
2) Problem Distribusi kekayaan
Dalam sebuah artikel khusus harian Republika dilaporkan bahwa omset tahun 1993 dari 14 konglomerat Indonesia terbesar yang tergabung dalam grup Praselya Mulya, diantaranya Om Liem (Salim Group), Ciputra (Ciputra Group), Mochtar Riady (Lippo Group), Suhargo Gondokusumo (Dharmala Group), Eka Tjipta (Sinar Mas Group) mencapai 47,2 trilyun rupiah atau 83 % APBN Indonesia tahun itu (Purnawanjati,Siddiq. Membangun Ekonomi Alternatif Pasca Kapitalisme). Ini menandakan, bahwa lebih dari 80 % perputaran uang di Indonesia, hanya berkutat pada segelintir orang saja. Sementara sisanya, terbagi ke seluruh wilayah di Indonesia dengan penduduknya sejumlah 200 juta jiwa. Maka wajar apabila kemiskinan semakin merajalela, memperbesar jurang antara si kaya dan si miskin.
3) Sistem Uang Kertas
Salah satu penyebab utama jatuhnya perekonomian Indonesia pada tahun 1997/1998 adalah, meningkatnya nilai tukar dollar terhadap rupiah yang pada saat itu menembus angka Rp.8000 per Dollar. Akibatnya, impian Indonesia untuk menjadi Negara Industri Baru (NIB) pupus sudah. Indonesia bukan lagi menjadi negara miskin tetapi super miskin di bawah India dan setara dengan Kamboja, Kenya atau Bangladesh yang mempunyai pendapatan per kapita dibawah 300 dolar (Purnawanjati, Siddiq. Membangun Ekonomi Alternatif Pasca Kapitalisme). Belum lagi dampak dari sistem uang yang fluktuatif ini yang akan menyebabkan inflasi, sehingga harga-harga melambung tinggi terutama untuk barang kebutuhan pokok, sebagaimana yang pernah melanda Indonesia pada tahun 1997/1998.
Khatimah
Dunia telah mengakui keunggulan Ekonomi Islam yang lahir 14 abad yang lalu. Sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak menerapkan Sistem Ekonomi Islam di Indonesia ini, bahkan di dunia sebagai sistem ekonomi alternatif yang mampu menjawab semua problem ekonomi dunia. Sosialisme telah runtuh, tak mungkin bangkit kembali. Kapitalisme-Sekuler telah nyata kebobrokannya, tinggal menunggu waktu kapan ia akan hancur. Setelah dua ideologi di tersebut, tidak ada alternatif lain untuk menjawab persoalan negeri ini, selain Islam.
Wallahualam bi showab.
Daftar Pustaka
www.walhi.or.id, Hutan Indonesia Menjelang Kepunahan, 14 April 2004
www.km.itb.ac.id, Arah Teknologi Kita, 26/06/2006
http://tribun-timur.com, RI Tak Lagi Negara Terkorup. 14-03-2007
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Indonesia
www.lsi.co.id. 11/08/2006
Purnawanjati,Siddiq. Membangun Ekonomi Alternatif Pasca Kapitalisme.
Husain Abdullah, Muhammad, 2002, Studi dasar-dasar Pemikiran Islam, Pustaka Thoriqul Izzah, Bogor, Cet I.

Thursday, March 15, 2007

Ibliskah ini...?



Orang yang moto setengah percaya setengah enggak kalo ini adalah kepalanya iblis..

menurut saya sih, ini matahari...hehehehe...

Agar Bebas Berbuat Maksiat


Pada suatu ada seorang pemuda yang menemui Ibrahim bin Adham r.a. dan berkata, “Ya Aba Ishak! Saya ini suka melakukan dosa. Tolong dong, ada tips nggak biar saya bisa nggak maksiat lagi.”

Mendengar hal ini, Ibrahim bin Adham r.a. pun berkata, “Jika bisa memenuhi lima syarat berikut ini, kamu bebas untuk melakukan perbuatan maksiat.”
“Apa saja syarat-syarat itu, ya Aba Ishak?” Lelaki itu tak sabar mendengar berita gembira itu.”
“Syarat pertama,” Ujar Aba Ishak, “jika kamu ingin bermaksiat pada Allah, jangan mengkonsumsi rezeki-Nya.”
Lelaki itu bingung dan berkata, “Lha, terus saya mau makan apa? Kan semua ini adalah rezeki dari Allah.”
“Kalau begitu, apa pantas kamu makan rezeki-Nya sedang kamu melanggar perintah-Nya?”
“Oke deh, syarat keduanya apa?”
“Kalau kamu mau bermaksiat, jangan tinggal di bumi-Nya.”
“Hah? Waduh. Terus aku mau tinggal di mana? Bumi dan seisinya ini kan milik Allah.”
“Ya Abdallah, mikir dong, apa kamu pantes makan rezki Allah dan nge-kos di bumi-Nya sedangkan kamu bermaksiat pada Allah.”
“Ya... iya deh. Terus syarat ketiganya apaan?”
“Kalau kamu mau bermaksiat kepada Allah, tapi juga ingin memakan rezki-Nya dan tinggal di tempat-Nya, bermaksiat-Nya di tempat yang nggak diliat-Nya aja.”
“Ya Ibrahim. Ini nasehat macam apa? Mana mungkin saya ngumpet di tempat yang tidak dilihat-Nya.”
“Nyerah deh. Syarat keempatnya apa?”
“Kalau malaikat maut datang menjemput kamu, bilangin ke dia, “nanti aja matinya. Saya masih mau tobat dan beramal saleh dulu.””
“Ya Ibrahim, mana mungkin malaikat mau nurut omongan saya.”
“Lha, kalo kamu sadar bahwa kematian nggak bisa ditunda, terus jalan apa yang bisa membuat kamu keluar dari murka Allah?”
“Ya sudah, sekarang syarat kelimanya.”
”Nanti di akherat, kalau malaikat Zabaniyah datang untuk membawa kamu ke neraka, jangan ikut sama dia.”
“Ya Aba Ishak. Mana mungkin malaikat Zabaniyah menerima keberatan saya.”
“Kalau begitu, gimana lagi supaya kamu bisa selamat dari murka Allah?”
Lelaki itu kemudian menangis. “Ya Ibrahim, cukup ... jangan kau teruskan lagi. Saya akan bertaubat nasuha kepada Allah.”
Lelaki itu menepati janji. Semenjak itu ia bertaubat dan menjalankan perintah Allah.

sumber : muslimmuda.com

Thursday, March 8, 2007

seandainya ada cukup tenaga untuk sekedar tersenyum...


Byur! , ombak menampar muka yang membuat badan, pakaian, dan bagian dalam perahu basah. Angin yang menyebabkan gelombang laut tinggi amat tak ramah. Perahupun oling dengan laju yang lambat. Cemas dan takut tak mampu ditepis. Rasanya tamat sudah hidup saat itu.

Namun tidak demikian dengan Zaenudin (45). Seorang nelayan Pulau Tunda yang menemani penyeberangan tiga jam menegangkan dari Pulau Tunda menuju Pelabuhan Karangantu, Serang, Minggu (14/1) lalu. Ia tampak tenang. Matanya tajam mengawasi pergerakan ombak setinggi hampir dua meter yang membabibuta.

Bagi nelayan yang pernah punya pengalaman pahit dirompak bajak laut ini, ombak sedahsyat itu belum mencemaskan. Ia punya banyak pengalaman dramatis di tengah laut yang nyaris merenggut nyawa.

Pengalaman semacam itu bagi Bapak lima anak yang sudah 20 tahun jadi nelayan ini sekadar sisipan kisah petualangan. Urat takut dan cemas bagi Zainudin sudah putus. Tetapi ia tak dapat mengelak dari rasa cemas memikirkan dunia nyata. Terlebih saat ingat masa depan lima anaknya, kecemasan itu terus bergayut.

Berpuluh tahun menjadi nelayan, Zainudin tak juga jadi saudagar atau pemilik kapal. Kemampuannya tetap nguli yang hanya ikut menjalankan perahu orang. Cita-citanya untuk punya sekadar perahu tempel tak jua terwujud. Dari luasnya petualangan mejelajahi laut lepas, yang belum dimiliki tinggal perahu milik sendiri.

Dulu ia berazam agar tak ada anak-anaknya yang mengikuti jejak sengsara Zaenudin. Tetapi sejak cuaca buruk melanda Selat Banten, ekonomi Zainudin praktis mandeg. Anaknya yang liburan sekolah di rumah belum dapat balik masuk sekolah lagi di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Bukan lantaran cuaca atau ombak, bagi anak nelayan ombak besar sudah biasa. Tetapi Zainudin belum punya uang untuk mengongkosi anaknya kembali ke sekolah.

“Dari kecil saya yatim, hanya tinggal dengan ibu. Kurang makan sudah rutinitas hidup. Sekolah cuma sampai kelas 3 SD, saya ingin agar anak-anak bisa sekolah tinggi. Suatu hari pulang dari sekolah saya menuju dapur Ibu, tapi nggak menemukan apa-apa. Lalu saya injak abu tungku dapur, ternyata masih dingin. Pedih hati saya saat itu, saya menunduk dan menangis. Air mata saya jatuh ke tungku dapur. Lantas saya berjanji dalam hati, jangan sampai anak cucu saya mengalami kekurangan makan seperti yang saya alami”, kenang Zainudin berkisah.

Seiring tahun, Zainudin yang rumahnya terbungkus dinding bambu rapuh berlantai tanah tak membayangkan krisis pangan akan melanda Pulau Tunda. Ia dan keluarganya salah satu yang merasakan dampak cuaca buruk itu. Sembari menemani saya mengusir cemas oleh tingginya ombak, Zainudin melanjutkan kisahnya.

“Tak terbayang pengalaman pahit saya terulang pada anak-anak saya. Sebelum ada bantuan sembako datang ke pulau, saya dan istri tak punya uang dan beras meski hanya sejimpit. Lalu saya ingat, di ladang saya menanam beberapa batang singkong. Senang sekali saya teringat singkong itu, demikian juga istri dan anak-anak. Jika ada isinya lumayan buat ganjal perut yang sudah dua hari tak ada nasi. Lalu saya ke ladang. Astaghfirullah! lemas badan saya, ternyata singkong itu sudah dicabut orang. Saya menangis untuk kedua kalinya karena makanan. Pedih, saya jadi ingat janji saya di atas tungku dapur. Rasa bersalah pada keluarga makin berat. Tetapi saya tidak marah, mungkin ada yang lebih lapar dari saya dan anak-anak”, tutur Zainudin menyesakkan.

Sejenak kami diam. Wajah Zainudin yang hitam legam mendadak sendu. Lantas ia berucap. “Jika saja saya punya perahu meski hanya kecil, mungkin pengalaman pahit waktu kecil tak akan dinikmati anak-anak. Tetapi apa daya, saya hidup tinggal menjalani suratan takdir. Saya hanya mampu pasrah dan melaut”, kata Zainudin mengakhiri kisahnya.

diambil dari liputan dompetdhuafa.org

Thursday, March 1, 2007

Islam kebetulan


Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri..."Kenapa gue ada di dunia ini?"..."untuk apa gue hidup..?"...Saya meyakini, bahwa secara fithrah, manusia manapun akan mengalami hal yang sama. Muslim, Kafir, Musyrik, semua bermula dari pertanyaan itu. Tapi...jawaban apa yang akan dia keluarkan, tergantung pandangan hidup apa yang dia pake. ato Sosialis? Kapitalis? Islam? Secara sadar nggak sadar, sebenernya jawaban apapun, tidak akan jauh dari 3 ideologi dunia ini.

Namun, kebanyakan kaum Muslim, nggak sadar bahwa mereka hanya KEBETULAN dilahirkan di tengah-tengah keluarga Muslim. Coba aja tanya, "Kenapa anda Muslim...?" secara umum, memang akan menjawab "ya karena saya yakin bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna...". Coba kita tanya orang Non muslim dengan pertanyaan yang sama. Pasti, merekapun akan ngasih jawaban yang sama, "ya karena saya yakin bahwa Nasrani adalah agama yang paling benar.." dsb-dsb. Kalo ditanya lebih dalem lagi, pasti kepentok dengan jawaban: "ya pokoknya gue Islam, titik...!" tanpa bisa menjelaskan, kenapa harus Islam?...Dan hal itu, jangan-jangan juga menghinggapi kita sebagai orang yang "Kebetulan" Islam.

Lalu, apakah lalu kita merasa "puas" dengan jawaban itu...?

Sunday, February 25, 2007

untuk adik-adikku tersayang


Assalamu'alaikum adikku...
Apa kabarmu disana? Semoga Allah selalu melindungi kalian, menaungi kalian dalam selimut rahmatNya...sehingga Mas masih bisa melihat senyuman dan keceriaan kalian di kampung sana. Mas selalu berdoa, agar kalian dekat dengan kasihNya...Karena bila kalian dekat sama Allah, kalian nggak perlu lagi merengek sama ibu bapak untuk minta sesuatu, kalian tinggal ambil air wudhu, tengadahkan tangan ke atas, dan ucapkanlah keinginan kalian sama Allah...Ucapkanlah nama Bapak dan Ibu di awal permohonan kalian. Jangan lupa adik-adikku, merekalah yang selama ini mengasuh kita, mengganti popok kalo kita ngompol, merekalah yang ngasih uang jajan buat kita, setiap hari Bapak harus rela panas-panasan untuk cari uang agar kita semua bisa makan enak. Bahkan, karena penghasilan Bapak nggak terlalu besar, Ibu harus rela pula memeras keringat untuk mencari tambahan uang agar kita bisa tersenyum, punya rumah sendiri...kalian harus tau, rumah yang sekarang bukanlah rumah kita, tapi rumah pinjaman, kita harus keluar dari rumah ini kalo Bapak udah pensiun...ya sayang...?

Adik-adikku...kalo kita ngomongin Bapak dan Ibu, rasanya malu hati ini, karena sampai detik ini Mas belum bisa memberikan yang terbaik buat mereka, Mas belum bisa ngasih uang jajan buat kalian, supaya Ibu Bapak nggak pusing lagi cari uang untuk jajan kalian...makannya kalo kalian berdoa, mintalah ampunan sama Allah untuk Bapak dan Ibu, karena kita selalu merepotkan mereka, mungkin di balik senyuman mereka selama ini, ada beribu tetesan air mata yang mereka kucurkan karena mereka sayang sama kita...

Adik-adikku... Mas punya satu impian buat Bapak Ibu, tapi...jangan bilang-bilang sama mereka ya...? nanti kalo mereka tau, Mas takut mereka marah sama kita, kalian sayang kan sama Bapak Ibu...? Kalian harus tau, kalo ada kehidupan lain yang lebih indah dan abadi, mau apa aja pasti ada di sana...kita mau jajan apa aja udah tersedia di sana, mau es krim? bakso? pokonya semua ada di sana...Tapi adik-adikku tersayang...yang bisa memasuki dunia itu hanya orang-orang tertentu saja, merekalah para Nabi dan Rasul, para shahabat, para Auliyaa, dan orang-orang sholeh akan berkumpul di sana...Mas nggak tau, apakah kita bisa masuk ke sana...Tapi, kayaknya ada satu kemungkinan agar Bapak Ibu bisa masuk kesana...Mulai saat ini, kita harus kumpulkan pahala sebanyak-banyaknya, kita harus jadi orang sholeh kayak yang dicontohkan sama Nabi kita tercinta, nah udah gitu...saat kita ditanya sama Allah, kita bilang aja "Ya Allah...Dzat yang kami cintai, kami hanyalah manusia biasa yang penuh dengan dosa, kami bisa begini, karena Bapak Ibu sudah bekerja keras agar kami jadi hambaMu yang taat, hari ini, kami ingin memberikan surprize buat Bapak Ibu, walaupun kami yakin ini belum cukup buat mereka...Tapi ya Allah, kami mohon Engkau mengabulkan hadiah kami untuk Bapak dan Ibu... Ya Allah, timbanglah seluruh amal baik kami bertiga...lalu limpahkanlah seluruh pahala itu ke timbangan Bapak Ibu kami, kami ingin, mereka bahagia di alam penuh kebahagiaan itu ya Allah
...dan timbanglah seluruh amal keburukan dari Bapak dan Ibu, jangan sampai ada yang tersisa ya Allah...karena Engkaulah Dzat yang maha Adil. Lalu limpahkanlah seluruh timbangan dosa itu pada kami...agar Bapak dan Ibu bisa leluasa memasuki alam penuh kebahagiaan itu ya Allah...Tapi, janganlah Engkau beritahu Bapak Ibu kalo ini semua adalah ide kami bertiga...karena ini semua adalah surprize yang kami nanti-nantikan dalam masa yang lama...Ya Allah...kabulkanlah permohonan kami, kami mohon ya Allah...maafkanlah kami bila kami lancang terhadapMu..."

Adik-adikku tersayang...kalian sudah dengar impian Mas...kalo kalian takut melakukannya...biarlah Mas sendiri yang melakukannya...kalian temani Bapak Ibu di sana ya...? Mas sayaaaang banget sama kalian...

Salam manis selalu dari Masmu...
Wassalam