Sunday, February 18, 2007

Mencintanya para da'i


Cinta…sebuah kata fenomenal yang darinya udah lahir berbagai kisah romanche ampe yang berlumuran darah. Kita pasti nggak asing lagi donk ama kisahnya Romeo en Juliet, Laela-Majnun, Siti Nurbaya, ato kisah yang bikin bulu kuduk kita pada jongkok, kaya Ken Arok-Ken Dedes, Cleopatra-Julius Caesar, dan masih banyak lagi kisah sedih lainnya.

Yang jadi pertanyaan kita, gimana sih perjalanan cinta para penggiat da’wah di Kampus? Mereka yang mempunyai imej sebagai sekelompok jama’ah yang “anti” banget ama yang namanya pacaran, kayanya seru untuk kita preteli habis-habisan mengenai kisah cintanya. Tul nggak?

Survey, membuktikan...!

Kalo kita tanya atu per atu diantara mereka mengenai pacaran, udah bisa ditebak apa yang bakal mereka jawab pasti berbeda-beda, tergantung daerah dan wataknya masing2. Antum tak usah ragu dan bimbang dengan statemen ini. Sebagai contoh,Bagi pendekar da’wah asal Cilacap, mereka akan menjawab dengan tegas,”HARAM,DHAB!”. Trus, bagi yang berasal dari Bandung, jawabannya adalah,”HARAM, Euy!”, kebukti kan, jawabannya beda-beda? :p! Meskipun kita nggak tau daleman mereka masing-masing. Maksud daleman di sini adalah, kesesuaian antara perkataan dan perbuatan yang doi kerjain. Bisa jadi mereka CCK, alias Curi Curi Kesempatan. Di lingkungan yang connect dengan harakahnya, bercuap-cuaplah ia menentangkemaksiyatan. Namun, di lingkungan lain yang jauuuh banget sama social control harakah-nya, doi langsung “beraksi!”. Emang seh, nggak semua aktivis kayak dia, paling cuma beberapa gelintir aja gitu..hehehe. Tapi jangan ketawa dulu, bagi mereka yang basah dengan aktivitas da’wah, tidak menutup kemungkinan juga melakukan hal-hal yang berbau c-i-n-t-a kepada sesama manusia (nggak mungkin donk, cinta sama kambing?meskipun ada beberapa kemiripan pada dagunya,hehe!). Toh mereka juga manusia yang punya gharizah an-Nau’ , alias perasaan buat mencintai makhluk yang bernama kawat, eeeh...akhwat.

Uslub bercinta Sang Aktivis

Kalo dalam bahasa da’wah ada yang namanya uslub, dalam dunia percintaan juga ada donk! Mungkin juga ada thoriqoh-nya (hehe). Trus gimana tuch, uslub bercinta si doi? Menurut Imam Subkhan dalam bukunya, “Cintaku di Masjid Kampus” mengatakan bahwa, paling engga ada beberapa tempat yang beliau sebut sebagai Taman Menyemai Cinta. Kahiji (Sunda:Pertama), dalam rapat. Kayaknya neh, rapat adalah satu-satunya acara yang memungkinkan sang dai untuk berinteraksi secara optimal. Meskipun hijab yang dipake setebal Tembok Berlin, yang penting bisa ngedenger suaranya aja udah dug-dug jreng!Semuanya terasa indah mulai dari bait-bait pembukaan ampe penutup. Bahkan, sang pangeran akan menghapal kata-kata yang dianggap punya makna cinta yang ruarrrr biasa...! Yang lebih kreatif lagi adalah ketika mereka secara kebetulan mempunyai jabatan struktural di dalam organisasi. Bilangnya seh, mao koordinasi, ato evaluasi kerja antara Pak Ketu sama Mba Bendahara. Ibarat sambil menyelam minum air, meskipun di kanan kirinya ada bodiguard (baca: temen) yang slalu ngikut kemanapun mereka pergi, sebenernya itu semua adalah assesoris ato lebih ngeri lagi hanya sebatas ornamen biar keliatan pembicaraan mereka lebih serius dan menyangkut kepentingan ummat. So, patut dicurigai kalo ada Pak ketua yang bilang mao“koordinasi”sama sekretarisnya. hehehe..

Kedua, majelis ilmu. Majelis ini macem-macem bentuknya, bisa Seminar, diskusi publik,dsb. Nah, bagi para aktivis, momen ini merupakan kesempatan yang berharga buat menuai cinta di tengah-tengah gemuruh perdebatan antara audiens dan pembicara. Sekuat apapun dia menahan gejolak cinta, toh nantinya jebol juga ketika kelebatan jilbab sang idola terlihat dari kejauhan. Hatinya luluh saat saat sang kasih terintip dari balik kelambu yang tertiup sepoi angin sore di mesjid kampus. Huhuy..!

Ketiga, perhelatan aksi, ato lebih akrab kita sebut masyiroh. Mungkin diantara kita ada yang bertanya-tanya, kok bisa? jawabannya adalah: ya bisa aja!.Jangan dikira, aksi yang melibatkan banyak orangpun bisa aja dijadiin taman menyemai cinta. Kala sang pujaan hati terlirik di tengah ramainya demonstran, dia yang saat itu menjadi korlap akan lebih lantang memekikkan gema Takbir, ikat kepala yang udah kenceng pun kayaknya kurang pede kalo nggak ditambah satu lagi simpul mati, doi akan lebih heroik memprovokasi massa, dan lebih energik mengorganisir barisan. Seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dialah satu-satunya “pejantan tangguh” yang syar’i.

Attention please...!

Guys..,manusia tetaplah manusia, dia punya potensi untuk melakukan kesalahan, sekalipun dia adalah seorang aktivis sejati. So, kita mesti perhatiin rambu-rambu dalam bergaul. Inget, al-ashlu fil af’al at-taqoyyad fi daliilu asy syar’i. Hukum asal setiap perbuatan adalah terikat dengan syara’. Kalo antum udah kebelet ama si doi, cepetlah bikin proposal nikah sama ortu, kalo belum di acc, jaga hati dan perbuatanmu dari hal-hal yang berbau maksiyat. Kata Rasulullah saw, untuk menahan gejolak nafsu, kita dianjurkan untuk shaum. Ok..!?

Wallahu’alam bish showab.

2 comments:

Anonymous said...

yayayaaaa...........

Anonymous said...

:D :P wekekekek

do konangan kie yooooh......




computer-guardian.freehostia.com/